"Sebab Upah Dosa Adalah MAUT"
Roma 6:23
Alkitab Menulis Dengan Jelas Bahwa Setiap Dosa-Dosa Mempunyai Konsekwensi Hukuman Mati..
Setiap Pelaku DOSA Harus Dihukum Mati Dalam Kekekalan..
"Karena MAUT Adalah MATI Dalam Kekekalan.."
* Kejadian 2 : 17
LAI TB, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.
KJV, But of the tree of the knowledge of good and evil, thou shalt not eat of it: for in the day that thou eatest thereof thou shalt surely die.
Hebrew,
וּמֵעֵץ הַדַּעַת טֹוב וָרָע לֹא תֹאכַל מִמֶּנּוּ כִּי בְּיֹום אֲכָלְךָ מִמֶּנּוּ מֹות תָּמֽוּת׃Translit Interlinear, UME'ETS {dan dari pohon} HADA'AT {pengetahuan itu} TOV {yang baik} VARA' {dan yang jahat} LO' {jangan} TO'KHAL {engkau makan} MIMENU {darinya} KI {karena} BEYOM {pada hari} 'AKHALKHA {engkau makan} MIMENU {darinya} MOT {mati} TAMUT {engkau mati}
* Roma 6 : 23a
LAI TB, Sebab upah dosa ialah maut;
KJV, For the wages of sin is death
TR, τα γαρ οψωνια της αμαρτιας θανατος
Translit interlinear, ta gar {sebab} opsônia {imbalan2} tês hamartias {dosa} thanatos {(ialah) maut/ kematian}
Pasal-pasal Kejadian 2:1-3:24 mengajarkan bahwa kematian memasuki dunia karena dosa. Orang-tua pertama kita diciptakan dengan kemampuan untuk hidup selama-lamanya; ketika mereka tidak menaati perintah Allah, mereka dijatuhi hukuman atas dosa itu, yaitu kematian.
Semua manusia, yang percaya dan yang tidak percaya, akan mati. Akan tetapi, kata mati di dalam Alkitab, memiliki lebih dari satu arti. Penting untuk mengerti hubungan orang percaya dengan berbagai arti kematian.
Adam dan Hawa tunduk kepada kematian jasmaniah. Allah telah menempatkan pohon kehidupan di tengah taman Eden agar dengan terus-menerus memakan buahnya umat manusia tidak akan pernah mati. Tetapi setelah Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, Allah mengatakan, engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. Sekalipun mereka tidak mati secara jasmaniah pada hari mereka memakan buah itu, mereka kini tunduk pada hukum kematian sebagai akibat dari kutukan Allah.
Adam dan Hawa juga mati secara rohani ketika mereka tidak taat kepada Allah, yaitu hubungan intim mereka yang dahulu dengan Allah menjadi rusak. Mereka tidak lagi mengharapkan saat-saat berjalan dan berbincang-bincang dengan Allah di taman; sebaliknya mereka bersembunyi dari hadapan-Nya. Keterpisahan ini merujuk kepada kematian secara rohani.
Adam dan Hawa juga mati secara moral. Allah mengingatkan Adam bahwa ketika ia makan buah yang terlarang itu, ia pasti akan mati. Peringatan itu sangat serius. Sekalipun Adam dan Hawa tidak mati secara jasmaniah pada hari itu, mereka mati secara moral, yaitu tabiat mereka menjadi berdosa. Sejak Adam dan Hawa, semua orang dilahirkan dengan tabiat berdosa, yaitu suatu keinginan bawaan untuk mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan Allah atau orang lain.
Mati secara moral dan mati secara rohaniah menjadi konsekwensi ketika manusia berbuat dosa.
------
Pada saat Musa dipanggil menjadi Nabi Allah, ditetapkan hukum-hukum yang mengatur kehidupan sipil bangsa Israel yang diperintah secara Theokrasi. Bahwa setiap pelanggaran akan mempunyai konsekwensi hukuman dan hukumannya itu berat,yaitu hukuman mati.
Hukum Perjanjian Lama memerintahkan hukuman mati untuk berbagai perbuatan: pembunuhan (Keluaran 21:12), penculikan (Keluaran 21:16), hubungan seks dengan binatang (Keluaran 22:19), perzinahan (Imamat 20:10), homoseksualitas (Imamat 20:13), menjadi nabi palsu (Ulangan 13:5, pelacuran dan pemerkosaan (Ulangan 22:4) dan berbagai kejahatan lainnya. Namun demikian, Allah seringkali menyatakan kemurahan ketika harus menjatuhkan hukuman mati. Daud melakukan perzinahan dan pembunuhan, namun Allah tidak menuntut untuk nyawanya diambil (2 Samuel 11:1-5; 14-17; 2 Samuel 12:13). Pada akhirnya semua dosa yang kita perbuat sepantasnyalah diganjar dengan hukuman mati (Roma 6:23). Syukur kepada Tuhan, Tuhan menyatakan kasihNya kepada kita dengan tidak menghukum kita (Roma 5:8).
Perlu dipahami bahwa ketetapan Hukuman Mati pada Perjanjian Lama (terutama pada zaman Musa) adalah ketetapan yang dipandang perlu di kala itu, karena ini adalah sebagai pendisiplinan suatu umat pendahuluan yang dipilih Allah. Hal ini ditetapkan demi ketaatan suatu umat kepada keputusan pengadilan yang bersifat hakiki demi kebaikan Teokrasi.
Namun perlu diingat, bahwa meski Perjanjian Lama mencatat daftar berbagai kejahatan berat, namun demikian Perjanjian Lama sungguh berbicara mengenai belas kasih Allah. “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup” (Yehezkiel 33:11). “Supaya ia hidup” walau pernyataan itu mungkin tidak terlalu dititik-beratkan pada hidup jasmani, melainkan lebih pada hidup rohani, yaitu agar orang berdosa yang bertobat dapat terhindar dari hukuman abadi di neraka. Di samping itu, pengamalan belas kasih haruslah menjamin pulihnya kembali kedamaian, sebab tidak akan ada belas kasih apabila masyarakat hidup dalam ketakutan karena seorang penjahat besar yang tak bertobat.
Dan satu lagi yang perlu diingat bahwa, orang Kristen tidak dibawah hukum Taurat, maka hukum2 yang mengatur hukuman mati bagi pendosa yang tertulis pada Perjanjian Lama tidak diterapkan dalam amal-ibadah umat Kristiani.
Dan, Kekristenan menyatakan pada akhirnya semua dosa yang kita perbuat yang sepantasnyalah diganjar dengan hukuman mati (Roma 6:23a) diganti dengan kemurahan kasih Allah yang menggantikan hukuman mati itu dengan nyawa-Nya sendiri (Roma 6:23b). Syukur kepada Tuhan, Tuhan menyatakan kasihNya kepada kita dengan tidak menghukum kita (Roma 5:8).
* Roma 6:23
LAI TB, Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
KJV, For the wages of sin is death; but the gift of God is eternal life through Jesus Christ our Lord.
TR, τα γαρ οψωνια της αμαρτιας θανατος το δε χαρισμα του θεου ζωη αιωνιος εν χριστω ιησου τω κυριω ημων
Translit interlinear, ta gar {sebab} opsônia {imbalan2} tês hamartias {dosa} thanatos {(ialah) maut/ kematian} to de {tetapi} kharisma {karunia} tou theou {Allah} zôê {(ialah) hidup} aiônios {yg kekal} en {dalam} khristô {Kristus} iêsou {Yesus} tô kuriô {Tuhan} hêmôn {kita}
* Roma 5:8
LAI TB, Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
KJV, But God commendeth his love toward us, in that, while we were yet sinners, Christ died for us.
TR, συνιστησιν δε την εαυτου αγαπην εις ημας ο θεος οτι ετι αμαρτωλων οντων ημων χριστος υπερ ημων απεθανεν
Translit interlinear, sunistêsin {menunjukkan} de {tetapi} tên heautou {-Nya sendiri} agapên {kasih} eis {kepada} hêmas {kita} ho theos {Allah} hoti {bahwa} eti {masih} hamartôlôn {(orang2) berdosa} ontôn {ketika adalah} hêmôn {kita} khristos {Kristus} huper {untuk} hêmôn {kita} apethanen {telah mati}
Jadi pada dasarnya kita kembali ke tempat di mana kita mulai. Ya, Allah mengizinkan hukuman mati, yang padamulanya dilaksanakan sebagai pendisiplinan bagi umat Israel. Namun Allah tidak selalu menuntut hukuman mati bahkan pernyataan ini sudah dinyatakan dalam Perjanjian Lama (Yehezkiel 33:11). Pada Perjanjian Baru penyataan Allah telah dijelaskan bahwa Upah Dosa yang adalah maut (kematian) itu telah diganti oleh kematian Yesus sendiri (Roma 6:23).
Blessings,