Baik Saya Coba Jelaskan Mengenai Ayat-Ayat Yang Sering Dipakai Oleh Para
"PENGGUGAT"
Dalam Hal Ini Adalah "MEREKA" Yang Menentang KRISTUS Sebagai TUHAN...
Beberapa Ayat ALKITAB Yang Sering Digunakan Untuk Menyerang ALKITAB Itu Sendiri..
Diantaranya :
Matius 10 : 34-36
"Engkau harus menyembah Tuhan, ALLAH-mu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti"
Ulangan 4 : 35
"Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui bahwa Tuhanlah ALLAH tidak ada yag lain kecuali Dia"
Markus 12 : 29
Jawab Yesus :"Hukum yang terutama ialah Dengarlah hai orang-orang Israel, Tuhan ALLAH kita, Tuhan itu Esa"
Lukas 6 : 12
"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada ALLAH"
Matius 4 : 10
Engkau harus menyembah Tuhan, ALLAH-mu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti"
Ulangan 4 : 39
Sebab
ketahuilah bahwa pada hari ini dan camkanlah bahwa Tuhanlah ALLAH yang
di langit dan di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain"
Matius 28:18
"Yesus mendekati mereka dan berkata, "KepadaKu telah Diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi"
Benarkah Ayat-Ayat Kutipan Diatas Sudah AKURAT Untuk menyangkal KETUHANAN YESUS...???
Pernyataan di atas menjadi "bumerang" bagi "MEREKA" karena KITAB Mereka sendiri menulis ayat-ayat dengan nada yang sama.
Jadi, jika Allah di dalam Al~Qur'an memerintah supaya menyembah
Allah, Allah mana lagi yang dimaksud selain dari diri Allah itu sendiri?
Demikian juga tidak mustahil bahwa Yesus berkata demikian karena Dia
sendiri adalah Allah.
* Q.S. 1:5, "Hanya Engkaulah yang kami sembah,"
Tanya: Siapakah "Engkau" yang dimaksud oleh Allah dalam ayat ini? Muhammad atau manusia lain?
* Q.S. 2:21, "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,"
* Q.S. 2:83, "Dan (ingatlah), ketika
Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu,
dan kamu selalu berpaling."
Tanya: Siapakah "Tuhanmu" dan "Allah" yang dimaksud oleh Allah dalam ayat-ayat di atas?
* Matius 28:18
"Yesus mendekati mereka dan berkata: 'Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi."
KAI PROSELTHÔN HO IÊSOUS ELALÊSEN AUTOIS LEGÔN EDOTHÊ MOI PASA EXOUSIA EN OURANÔ KAI EPI GÊS
Ayat
ini bukanlah pengakuan Yesus bahwa Dia bukan Tuhan. Nampaknya ada
keragu-raguan di antara murid-murid, tapi barangkali mereka hanya
ragu-ragu sampai "Yesus mendekati mereka." Sekarang Yesus telah menerima
"kuasa" universal sebagai pemberian Bapa-Nya, bukan sebagai sesuatu
yang diperoleh karena menyembah Iblis. Mesias telah menerima
warisan-Nya, walaupun warisan-Nya belum mencapai kesempurnaan yang
sepenuhnya karena Ia belum datang untuk kedua kalinya.
* Matius 24:30-31
"Pada
waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di
bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di
atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan
Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala
yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke
ujung langit yang lain."
Kuasa, kekuasaan atau
otoritas berasal dari istilah Yunani 'exousia' berarti kuasa yang adil,
sungguh, dan tak terhalangi bertindak, atau memiliki, mengontrol,
memakai atau menguasai sesuatu atau seseorang. Kata 'dunamis' berarti
kekuatan fisik belaka, tapi 'exousia' berarti kuasa yang bagaimanapun
juga adalah sah. 'Exousia' dapat menekankan keabsahan otoritas yang
dipegang atau realitas kekuasaan yang sah. 'Exousia' kadang-kadang
mengandung arti duniawi yang umum, tapi artinya biasanya bersikap
teologis.
Alkitab yakin bahwa satu-satunya otoritas dan kekuasaan
yang sesungguhnya adalah milik Allah pencipta. Otoritas yang dimiliki
oleh manusia adalah pemberian Allah, dan kepada Dia, manusia harus
mempertanggungjawabkan penggunaan otoritas itu. Karena semua otoritas
pada akhirnya terpulang kepada Tuhan, maka dalam segala bidang
kehidupan, tunduk kepada otoritas yang sah adalah kewajiban religius,
bagian dari pelayanan terhadap Tuhan.
Otoritas Allah adalah unsur
dari sifat-Nya yang tak dapat berubah, universal dan kekal atas dunia
ciptaan-Nya. Otoritas sebagai Raja Universal ini berbeda dari (walaupun
asasi bagi) hubungan-Nya dengan Israel berdasarkan perjanjian, dengan
mana Israel menjadi umat dan kerajaan-Nya, dan mewarisi berkat-Nya.
Otoritas-Nya yang agung atas menusia mencakup hak-Nya dan kuasa-Nya yang
tak dapat berubah untuk mengatur manusia menurut kehendak-Nya, ditambah
dengan tuntutan-Nya yang tak dapat disangkal agar manusia tunduk
kepada-Nya dan hidup untuk kemuliaan-Nya. Di seluruh Alkitab, realitas
kedaulatan Allah dibuktikan oleh fakta, bahwa semua yang mengabaikan
atau mencemoohkan tuntutan-Nya mendapat hukuman. Titah Hakim ilahi
adalah "kata terakhir" dan dengan demikian otoritas-Nya sahih.
Pada
zaman Perjanjian Lama Allah memberlakukan otoritas-Nya dengan
perantaraan para nabi, imam dan raja. Masing-masing mengumumkan
amanat-Nya, mengajarkan hukum Taurat, dan memerintah sesuai hukum
tersebut. Mereka dihormati sebagai utusan Tuhan, yang telah mendapat
kuasa dari Dia. Kitab Taurat yang tertulis diakui diberikan oleh Allah
dan penuh otoritas, baik sebagai ajaran ('tora')
untuk mengajar orang Israel tentang kehendak Allah maupun sebagai kitab
undang-undang yang menjadi dasar pemerintahan dan pengadilan-Nya.
Otoritas
Yesus juga merupakan unsur kerajaan. Itu bersifat pribadi maupun resmi,
karena Yesus adalah Anak Allah dan Anak Manusia, Mesias. Sebagai
Manusia dan Mesias, otoritas-Nya riil karena diserahkan kepada-Nya oleh
Allah yang atas perintah-Nya Ia lakukan pekerjaan-Nya. Sebagai Anak
Allah otoritas-Nya riil karena Ia sendiri adalah Allah. Otoritas untuk
menghakimi diberikan kepada-Nya, supaya Ia dihormati sebagai Anak Allah
(sebab penghakiman adalah pekerjaan Allah), dan juga karena Ia Anak
Manusia (sebab penghakiman adalah pekerjaan Mesias). Pendeknya, otoritas
Kristus adalah kekuasaan Mesias yang ilahi: manusia-Allah, yang
melakukan kehendak Bapa-Nya dalam kedudukan-Nya yang rangkap sebagai
pelayan manusia, yang dalam diri-Nya padu jabatan nabi, imam dan raja,
dan sebagai Anak Allah, turut menciptakan segala sesuatu dan berperan
dalam seluruh pekerjaan Bapa.
Otoritas Yesus yang melampaui
otoritas manusiawi diungkapkan dalam ajaran-Nya mengusir roh-roh jahat;
dalam penguasaan-Nya atas angin ribut; pada penyataan-Nya mengampuni
dosa (yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti diakui oleh orang
yang berdiri dekat), dan bila ditantang, Ia membenarkan pernyataan-Nya.
Setelah kebangkitan Yesus berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala
'exousia' di surga dan di bumi", yaitu kekuasaan Mesianis meliputi alam
semesta. Kekuasaan itu akan Dia gunakan untuk membawa orang yang
terpilih ke dalam kerajaan keselamatan-Nya. Perjanjian Baru
mengelu-elukan Yesus yang dimuliakan sebagai Tuhan dan Kristus, Penguasa
ilahi atas segala-galanya, Raja dan Juruselamat umat-Nya. Inti Injil
adalah perintah untuk menerima penaksiran ini tentang kuasa Yesus.
"Aku TIDAK DAPAT BERBUAT APA2 dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar..." (Yohannes 5:30)
* Yohanes 5:30
"Aku
tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai
dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak
menurut kehendak diri-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus
aku."
OU DUNAMAI EGÔ POIEIN AP
EMAUTOU OUDEN KATHÔS AKOUÔ KRINÔ KAI HÊ KRISIS HÊ EMÊ DIKAIA ESTIN HOTI
OU ZÊTÔ TO THELÊMA TO EMON ALLA TO THELÊMA TOU PEMPSANTOS ME PATROS
Penghakiman
Allah adalah penghakiman yang sempurna. Hanya Allah saja yang suci, dan
karena itu hanya Dia saja yang mengetahui ukuran yang benar untuk
menghakimi orang. Hanya Allah saja yang secara sempurna mengasihi, dan
hanya Dia saja yang melakukan penghakiman dengan belas kasih. Di dalam
belas kasih itulah semua penghakiman yang benar dilakukan. Hanya Allah
saja yang MENGETAHUI secara sempurna dan penuh, dan penghakiman itu bisa
disebut sempurna apabila semua HAL YANG BERSANGKUTAN dengan itu
dipertimbangkan. Pertimbangan Yesus sebagai yang berhak menghakimi
didasarkan pada pengakuan bahwa di dalam diri-Nya terdapat pikiran Allah
yang sempurna. Yesus tidak menghakimi berdasarkan motivasi manusiawi
yang mungkin sulit dihindarkan. Yesus melakukan penghakiman dengan
kesucian, kasih dan simpati Allah yang sempurna.
"... Aku mengusir setan dengan kuasa Allah..." (Lukas 11:20)
* Lukas 11:20
"Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu."
EI DE EN DAKTULÔ THEOU EKBALLÔ TA DAIMONIA ARA EPHTHASEN EPH HUMAS HÊ BASILEIA TOU THEOU
Pengakuan
Yesus bahwa Dia mengusir setan dengan kuasa Allah bukanlah berarti
bahwa Dia bukan Tuhan. Dilakukannya mujizat-mujizat tidaklah otomatis
membawa orang kepada kepercayaan. Farisi beranggapan bahwa mereka bisa
menghilangkan arti pengusiran roh jahat yang dilakukan oleh Yesus,
dengan mengatakan bahwa itu berasal dari Iblis, dan karena itu mereka
menuntut daripada-Nya tanda surgawi yang lebih nyata. Yesus menjawab
bahwa suatu kerajaan atau rumah tangga yang terbagi-bagi melawan dirinya
sendiri, akan segera runtuh. Sebab itu adalah tidak mungkin untuk
menyarankan bahwa Iblis, alias Beelzebul, sedang memperkembangkan perang
saudara di dalam kerajaannya sendiri. Lagi pula alasan itu dapat juga
dengan cara yang sama dibalikkan terhadap lawan-lawan Yesus sendiri,
sebab pengikut-pengikut mereka sendiri melakukan juga pengusiran roh
jahat. Sebenarnya pengusiran roh jahat adalah tindakan kuasa ilahi dan
tanda tertentu bahwa masa penyelamatan oleh Allah telah datang.
Seseorang yang lebih kuat dari Iblis merampas senjata-senjatanya dan
membebaskan tawanannya. Dalam keadaan ini menolak memihak kepada Yesus
bukanlah menempatkan diri dalam kedudukan netral (tidak berpihak), tapi
adalah menggabungkan diri kepada pihak lawan.
"... Lalu Yesus menengadah ke atas (ke arah
sorga) dan berkata, "Bapa, Aku mengucapkan syukur kepada-Mu, karena
Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu bahwa Engkau selalu MENDENGARKAN
AKU, tetapi oleh orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku,
Aku mengatakannya (dengan keras), supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku..." (Yohannes 11:41-43)
* Yohanes 11:41-43
"Maka
mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata:
'Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan
Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena
orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya,
supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.' Dan
sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: 'Lazarus,
marilah ke luar!'"
Pengakuan Yesus bahwa Dia berdoa
kepada Bapa-Nya bukanlah berarti bahwa Dia bukan Tuhan. Cerita mujizat
ini agak singkat dan ditandai oleh kesederhanaan. Pengulangan kesedihan
Yesus, penolakan Maria terhadap permintaan agar kuburan itu dibuka,
peringatan Yesus kepadanya bahwa ia akan melihat kemuliaan Allah,
ikutsertanya orang dalam pemindahan batu itu, doa Yesus, perintah-Nya
kepada orang mati itu dan instruksi yang sederhana melepaskan dia dan
membiarkannya pergi: seluruh rincian ini mengandung nada kebenaran. Doa
Yesus menekankan iman dan pembenaran-Nya tentang misi-Nya.
Yesus Tidak Tahu Tentang Hari Kemudian
"Tetapi
tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu,
malaikat-malaikat di sorga tidak, dan ANAKPUN TIDAK, hanya Bapa saja"
(Markus 13:32)
* Markus 13:32
"Tetapi
tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu,
malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."
PERI DE TÊS HÊMERAS EKEINÊS KAI TÊS HÔRAS OUDEIS OIDEN OUDE HOI AGGELOI HOI EN OURANÔ OUDE HO HUIOS EI MÊ HO PATÊR
Tidak ditulis di sana AKU TIDAK TAHU, melainkan ANAK PUN TIDAK karena ada perbedaan fungsi dan jabatan.
Hanya
waktunya "hari itu" sajalah yang tidak pasti, karena terkunci di dalam
rencana Bapa, sedemikian rupa sehingga sekalipun Anak, dalam batas-batas
penjadian daging yang Ia terima dengan sukarela, tidak ikut memiliki
rahasia itu. Penggunaan ungkapan "Anak" tanpa kata-kata lain ini
menentang pandangan, bahwa Yesus tidak memungkin memandang diri-Nya
sendiri sebagai Anak Allah yang khas. Sebagai manusia, Yesus tidak tahu
tentang "hari itu" namun sebagai Allah tentu saja Ia mengetahuinya, dan
ungkapan di atas hanya sekedar menekankan bahwa "hari itu" tak
diduga-duga. Ungkapan ini termasuk bagian dari eskatologi Alkitab yang
memerlukan pembahasan tersendiri.
Tuhan Tidak Mengenal Musim Buah
"Dan dari
jauh ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk
melihat kalau-kalau ia mendapat apa-apa dari pohon itu. Tetapi waktu ia
tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab
MEMANG BUKAN MUSIM BUAH ARA" (Markus11:13)
* Markus 11:13
"Dan
dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya
untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi
waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja,
sebab memang bukan musim buah ara."
KAI
IDÔN SUKÊN MAKROTHEN EKHOUSAN PHULLA ÊLTHEN EI ARA HEURÊSEI TI EN AUTÊ
KAI ELTHÔN EP AUTÊN OUDEN HEUREN EI MÊ PHULLA OU GAR ÊN KAIROS SUKÔN
Kisah
Yesus mengutuk pohon ara ini terdapat dalam Matius 21:18-22, Markus
11:12-14, 20-26. Tindakan Yesus ini menimbulkan kritikan, atas dua
dasar: pertama, perbuatan Yesus yang tidak masuk akal, yaitu mencari
buah ara pada musim Paskah; kedua, perbuatan semacam itu yang
dihubungkan dengan kelaparan-Nya sendiri tidak mungkin dan sekaligus
juga tidak layak bagi-Nya.
Pengeritik modern mengatakan, suatu
perumpamaan seperti perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah
dalam Lukas 13:6-9, telah muncul kembali dalam bentuk kejadian. Mengenai
keberatan pertama dari kedua keberatan itu, dapat dikemukakan bahwa
pohon ara di Palestina memberi hasil panen pertama, yang terdiri dari
buah-buah yang belum masak, seperti tunas-tunas hijau, yang muncul
sebelum daun-daunnya. Tunas-tunas ini dikenal sebagai 'taksh', dan
menjadi makanan umum bagi para 'fellahin' atau petani-petani. Pohon ara
tidak diharapkan mempunyai buah yang matang pada waktu itu sebab belum
musimnya, namun pohon itu seharusnya sudah mempunyai beberapa buah yang
kecil yang sudah dapat dimakan. Tidak adanya tunas-tunas itu membuktikan
dengan jelas, bahwa pohon itu mandul.
Mengenai keberatan kedua,
dapat dicatat bahwa inilah satu-satunya mujizat Yesus yang menghukum,
yang karena belas kasih-Nya terhadap manusia dilakukan atas sasaran yang
tidak berjiwa untuk mengajarkan suatu pelajaran kesusilaan.
Pohon
ara adalah lambang bangsa Yahudi, yang berlimpah-limpah dalam daun-daun
pekerjaan keagamaan, tapi mandul dalam buah-buah kebenaran. Pengutukan
pohon itu menubuatkan nasib para pembesar Yahudi, yang saat itu siap
untuk menolak Mesias mereka. Israel Memang diumpamakan dengan pohon ara,
dapat dibandingkan dengan ayat berikut ini:
* Hosea 9:10
"Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku
melihat nenek moyangmu. Tetapi mereka itu telah pergi kepada Baal-Peor
dan telah membaktikan diri kepada dewa keaiban, sehingga mereka menjadi
kejijikan sama seperti apa yang mereka cintai itu."
KA'ANÂVÎM BAMIDBÂR MÂTSÂ'TÎ YISRÂ'ÊL KEVIKÛRÂH VIT'ÊNÂH BERÊ'SYÎTÂH RÂ'ÎTÎ 'AVÔTÊYKHEM HÊMÂH BÂ'Û VA'AL-PE'ÔR VAYINÂZRÛ LABOSYET VAYIHYÛ SYIQÛTSÎM KE'OHOVÂM
Shalom Aleichem..
Blessing In CHRIST... :)